Selasa, 28 Oktober 2014

BUKU - Salon Kepribadian

Perempuan pada umumnya gemar untuk ‘nyalon’, menghabiskan beberapa jam untuk merawat wajah dan rambut. Namun, sstt, ada yang tak kalah penting untuk dipercantik selain penampilan ragawi. Salon kepribadian merupakan sebuah jawaban atas bagaimana seorang perempuan, khususnya muslimah, bersikap agar kecantikan terpancar dari dalam. Lisan dan tingkah laku sebagai cerminan dari kepribadian merupakan bagian dari akhlak. Lalu ada apa dengan Muslimah? Muslimah bukan hanya sekadar perempuan
biasa, ia membawa label ‘Islam’ dalam tindak tanduknya. Asma Nadia menuliskan alasanya, “Sebab, muslimah dengan kerudung dan aktivitas keislamannya, punya sosok manis dan izzah (kewibawaan) yang harus dilindungi. Sebab, orang menilai Islam dari pengikutnya,” (hal.2). “Berjilbab menunjukkan sebagai muslimah dia sudah membuat satu komitmen taat yang lebih dibanding muslimah lain. Tentu saja komitmen harus terus diperbarui, serta ditambah dengan komitmen taat lain yang masih sederet,” (hal. 5). Muslimah tentu bukanlah sosok sempurna tanpa cela. Ia manusia biasa yang punya salah, punya khilaf dan pasti punya dosa. Sosoknya yang istimewa membuat banyak pihak yang memperhatikannya. Tak percaya? “Muslimah kok suka nge-ghibah?” “Muslimah kok genit?” “Pakai jilbab kok berdua-duaan di kamar?” Dst Loh emang kalau tak pakai jilbab boleh juga gitu? Hehe.  Artinya orang melihat dan menjustifikasi, secara umum, bahwa Muslimah seyogyanya ‘tak pantas’ melakukan berbagai ‘kok’ yang dilontarkan. Ada Apa di Salon Kepribadian? Dakwah pop Asma Nadia –jika saya boleh menyebutnya demikian- mewarnai buku setebal 312 halaman ini. Dengan gayanya yang renyah dan tidak menggurui (kerap sang penulis menggunakan kata “Saya rasa,” “Sepemahaman saya,” dsb), perempuan ramah ini mengulik problematika yang kerap dijumpai oleh Muslimah dan menjadi keluhan orang-orang di sekitar. Keluhan yang mungkin tak pernah disadari oleh Muslimah lantaran sungkan diungkapkan orang-orang di sekitarnya secara langsung. Penulis cukup jeli memetakan kepribadian apa saja dan bagaimana hal-hal tersebut hendak ditata. Mulai dari penampilan (bahkan hingga benang yang ‘nyeliwer’ di baju pun dibahas), cara berbicara, bertingkah laku maupun momen ibadah yang mungkin tanpa disadari meresahkan pihak lain. Buku dengan ilustrasi menarik di luar dan di dalam ini tak hanya sekadar mengupas pemikiran sang penulis tetapi juga menampung keluhan dari para asmanadians –sebutan untuk pembaca Asma Nadia- yang diungkapkan kepada penulis. Satu catatan dari buku ini, bagi saya pribadi, adalah ‘font’ yang digunakan kurang membuat mata saya nyaman, hehe. ‘Font’ yang paling nyaman menurut saya yang digunakan dalam buku ‘Twitografi Asma Nadia’. Banyak hal menarik bagi para Muslimah di dalam buku ini yang sayang untuk dilewatkan. Muhasabah diri secara terus menerus tentu merupakan sebuah keharusan, bukan? :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar