Selasa, 28 Oktober 2014

BUKU - Pesantren Impian

Wajah mana yang kau kenakan kini Yang membuai atau melukai? (Pesantren Impian) Menerbitkan ulang novel yang saya tulis tahun 1997 rasanya gimana gitu:) editing berat karena perubahan di berbagai bidang: teknologi, budaya, situasi di Indonesia memengaruhi timeline di novelnya yang suka ga suka harus diupdate juga. Editing dilakukan sejak di International Writing Program di Iowa. 3 bln di sana, editing lanjut sejak Januari di tanah air, bahkan masih mengedit ketika menjadi proof readernya. Beda genre kali ini. Rada thriller dan misteri. Semoga tidak mengecewakan. Baca naskah lama sebelum diedit berasa cemennya hahaha:) Kegadisan telah lama menjadi dongeng yang saya tinggalkan. Saya bukan tak mencoba berhenti menyentuh barang-barang haram itu, tetapi begitu kuatnya mereka mencengkram saya. Kedua tangan yang telah membunuh, masih mungkinkah Engkau ampuni? Gusti Allah, saya ingin mati! Lima belas remaja putri dan putra dengan masa lalu kelam, menerima undangan misterius untuk menetap di Pesantren Impian. Sebuah tempat rehabilitasi di sebuah pulau yang bahkan tak tercantum di dalam peta. Seharusnya sederhana. Siapa menduga bahwa berbagai kejadian menegangkan kemudian terjadi? Pemerkosaan yang menimpa gadis bernama Rini hingga harus menanggung kehamilan yang tak dikehendaki. Tragedi yang menyisakan teka-teki, sebab bayang kegelapan terlalu sempurna menutupi wajah lelaki biadab yang melakukannya. Kisah cinta yang tertunda, misteri si Gadis yang dicari-cari polisi, bahkan peristiwa pembunuhan! Lalu rahasia apa yang disembunyikan Teungku Budiman? Jiwa-jiwa yang putus asa. Mampukah Pesantren Impian menjadi jembatan hidayah bagi hati yang sebelumnya tak pernah merindukan surga?

T-O-P B-G-T. Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan novel ini.
Saya sendiri merasakan ketegangan yang luar biasa ketika membaca buku ini sambil menebak-nebak teka-teki di dalamnya. Benar-benar tidak memberikan celah bagi pembaca untuk merasa bosan sebelum menamatkannya (Sarwendah)


Asma Nadia rapi banget menyembunyikan identitas si Gadis. Saya sampai diskusi sama temen untuk menebak siapa si Gadis itu. Alurnya nggak ketebak tapi justru membuat buku ini semakin seru. Menegangkan banget. (Maryam Hakim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar