Wajah mana yang kau kenakan kini Yang membuai atau melukai? (Pesantren Impian) Menerbitkan ulang
novel yang saya tulis tahun 1997 rasanya gimana gitu:) editing berat
karena perubahan di berbagai bidang: teknologi, budaya, situasi di
Indonesia memengaruhi timeline di novelnya yang suka ga suka harus
diupdate juga. Editing dilakukan sejak di International Writing Program
di Iowa. 3 bln di sana, editing
lanjut sejak Januari di tanah air, bahkan masih mengedit ketika menjadi
proof readernya. Beda genre kali ini. Rada thriller dan misteri. Semoga
tidak mengecewakan. Baca naskah lama sebelum diedit berasa cemennya
hahaha:) Kegadisan telah lama menjadi dongeng yang saya tinggalkan. Saya bukan tak mencoba berhenti menyentuh barang-barang haram itu, tetapi begitu kuatnya mereka mencengkram saya. Kedua tangan yang telah membunuh, masih mungkinkah Engkau ampuni? Gusti Allah, saya ingin mati! Lima
belas remaja putri dan putra dengan masa lalu kelam, menerima undangan
misterius untuk menetap di Pesantren Impian. Sebuah tempat rehabilitasi
di sebuah pulau yang bahkan tak tercantum di dalam peta. Seharusnya
sederhana. Siapa menduga bahwa berbagai kejadian menegangkan kemudian
terjadi? Pemerkosaan yang menimpa gadis bernama Rini hingga harus
menanggung kehamilan yang tak dikehendaki. Tragedi yang menyisakan
teka-teki, sebab bayang kegelapan terlalu sempurna menutupi wajah lelaki
biadab yang melakukannya. Kisah cinta yang tertunda, misteri si
Gadis yang dicari-cari polisi, bahkan peristiwa pembunuhan! Lalu
rahasia apa yang disembunyikan Teungku Budiman? Jiwa-jiwa yang putus asa. Mampukah Pesantren Impian menjadi jembatan hidayah bagi hati yang sebelumnya tak pernah merindukan surga?
T-O-P B-G-T. Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan novel ini.
Saya sendiri merasakan ketegangan yang luar biasa ketika membaca buku ini sambil menebak-nebak teka-teki di dalamnya. Benar-benar tidak memberikan celah bagi pembaca untuk merasa bosan sebelum menamatkannya (Sarwendah)
Asma Nadia rapi banget menyembunyikan identitas si Gadis. Saya sampai diskusi sama temen untuk menebak siapa si Gadis itu. Alurnya nggak ketebak tapi justru membuat buku ini semakin seru. Menegangkan banget. (Maryam Hakim)
T-O-P B-G-T. Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan novel ini.
Saya sendiri merasakan ketegangan yang luar biasa ketika membaca buku ini sambil menebak-nebak teka-teki di dalamnya. Benar-benar tidak memberikan celah bagi pembaca untuk merasa bosan sebelum menamatkannya (Sarwendah)
Asma Nadia rapi banget menyembunyikan identitas si Gadis. Saya sampai diskusi sama temen untuk menebak siapa si Gadis itu. Alurnya nggak ketebak tapi justru membuat buku ini semakin seru. Menegangkan banget. (Maryam Hakim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar