Anis Matta mengawali
buku ini dengan kisah pribadinya, yaitu makan nasi kecap, sampai kepada
membuat peradaban. Menurutnya, terdapat segitiga ketegangan peradaban;
Islam di satu sisi, kemodernan di sisi yang lain, dan keindonesiaan pada
sisi yang lain. Namun, ketegangan segitiga tersebut akan segera
berakhir, karena Indonesia akan segera memasuki era sejarah baru yang
disebut dengan Gelombang Ketiga Indonesia. Akan ada titik temu
antara Islam, kemodernan, dan keindonesiaan. Akan ada titik temu antara
agama, pengetahuan, dan
kesejahteraan. Titik temunya inilah yang sedang
akan kita masuki. Proses menemukan titik temu ini yang disebut Anis
Matta dengan ‘Gelombang Ketiga Indonesia’.Anis Matta menyebutkan
ada lima prototype masyarakat Indonesia pada gelombang ketiga, yaitu
penduduk Indonesia didominasi oleh orang-orang muda, khusunya yang
berumur 45 tahun ke bawah, berpendidikan tinggi, berpenghasilan baik,
terkoneksi secara luas ke seluruh dunia, dan native democracy (warga
negara asli demokrasi). Lima ciri tersebut akan membawa Indonesia
ke depan memiliki identitas baru; lebih religius, lebih berpengetahuan,
dan lebih sejahtera. Agama menjadi orientasi dan sumber moralnya.
Pengetahuan menjadi sumber kompetensi dan produktivitasnya.
Kesejahteraan itu output-nya. Syarat mewujudkan masyarakat idaman
seperti itu adalah dengan menanamkan optimisme di hati masyarakat.
Sedangkan di tingkat negara, harus ada perubahan lingkup kerja, dari
skala politik menuju skala peradaban. Melalui buku ini Anis Matta
mengajak kita semua untuk memulainya. Siapa yang harus
menyelesaikannya? Dan kira-kira, pemimpin seperti apa yang diperlukan
untuk itu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar