Selasa, 28 Oktober 2014

BUKU - Gelombang Ketiga Indonesia

Anis Matta mengawali buku ini dengan kisah pribadinya, yaitu makan nasi kecap, sampai kepada membuat peradaban. Menurutnya, terdapat segitiga ketegangan peradaban; Islam di satu sisi, kemodernan di sisi yang lain, dan keindonesiaan pada sisi yang lain. Namun, ketegangan segitiga tersebut akan segera berakhir, karena Indonesia akan segera memasuki era sejarah baru yang disebut dengan Gelombang Ketiga Indonesia. Akan ada titik temu antara Islam, kemodernan, dan keindonesiaan. Akan ada titik temu antara agama, pengetahuan, dan
kesejahteraan. Titik temunya inilah yang sedang akan kita masuki.  Proses menemukan titik temu ini yang disebut Anis Matta dengan ‘Gelombang Ketiga Indonesia’.Anis Matta menyebutkan ada lima prototype masyarakat Indonesia pada gelombang ketiga, yaitu penduduk Indonesia didominasi oleh orang-orang muda, khusunya yang berumur 45 tahun ke bawah, berpendidikan tinggi, berpenghasilan baik, terkoneksi secara luas ke seluruh dunia, dan native democracy (warga negara asli demokrasi). Lima ciri tersebut akan membawa Indonesia ke depan memiliki identitas baru; lebih religius, lebih berpengetahuan, dan lebih sejahtera. Agama menjadi orientasi dan sumber moralnya. Pengetahuan menjadi sumber kompetensi dan produktivitasnya. Kesejahteraan itu output-nya. Syarat mewujudkan masyarakat idaman seperti itu adalah dengan menanamkan optimisme di hati masyarakat. Sedangkan di tingkat negara, harus ada perubahan lingkup kerja, dari skala politik menuju skala peradaban. Melalui buku ini Anis Matta mengajak kita semua untuk memulainya. Siapa yang harus menyelesaikannya? Dan kira-kira, pemimpin seperti apa yang diperlukan untuk itu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar